Lampung adalah provinsi yang terletak di pulau
Sumatera paling selatan. Lampung juga merupakan gerbang masuk menuju
provinsi-provinsi yang ada di pulau Sumatera. Letaknya yang berada di bagian
selatan pulau Sumatera, membuat tiga per empat
bagian provinsi Lampung dikelilingi laut. Hanya di bagian utara saja bagian
lampung yang tidak dikelilingi laut, yakni bagian yang berbatasan langsung
dengan provinsi Sumatera Selatan.
Letaknya yang dikelilingi lautan, membuat Lampung
menyimpan banyak keindahan wisata. Khususnya wisata bahari. Wisata bahari yang sudah
cukup terkenal di Lampung adalah teluk kiluan. Wisata teluk kiluan ini menjadi
salah satu destinasi wisata bahari, yang menawarkan wisata keindahan perairan
Lampung dengan berinteraksi langsung bersama lumba-lumba di laut lepas, habitat
asli lumba-lumba. Lumba-lumba yang ada di teluk kiluan ini adalah lumba-lumba
jenis hidung botol.
Selain itu, masih banyak objek-objek wisata bahari
yang ada di Lampung, terutama di kabupaten Pesisir Barat. Berbagai keindahan
pantai dan spot snorkling, ada dikabupaten ini. Namun letak kabupaten Pesisir
Barat yang cukup jauh dari Bandar Lampung, serta aksebilitas yang belum
terkelola dengan baik, membuat wisata-wisata yang ada di Pesisr Barat belum
banyak dikenal.
Aksebilitas menjadi salah satu kendala yang membuat
objek-objek wisata yang ada di Lampung kurang dikenal. Namun, tak jarang
objek-objek wisata yang kurang dikenal, menjadikan tempat-tempat tersebut masih
perawan.
Seperti objek wisata yang ada di Kecamatan Cukuh
Balak, Kabupaten Tanggamus. Saat saya berkunjung, tidak tanggung-tanggung saya
mengunjungi tiga pantai sekaligus. Hal ini diluar kesengajaan saya. Awalnya
saya hanya ingin mengunjungi pantai Karang Putih. Namun sebelum sampai di
pantai Karang Putih, saya melintasi pantai berpasir halus kecoklatan dengan
tepian pohon kelapa. Dibagian kanan pantai, menambah indah tebing batu yang
menjulang tinggi, dengan ketinggian berkisar 15 m. Menakjubkan!!!
Oleh warga sekitar, pantai ini dinamakan pantai
Badak. Tidak begitu jelas mengapa pantai ini dinamakan pantai Badak. Warga
sekitarpun tidak begitu mengatahui asal-usulnya. Karena pantai ini langsung
berbatasan dengan samudera hindia, ombak yang ada dipantai ini cukuplah besar.
Karena tidak adak pulau atau batuan karang yang memecahnya. Yang sangat saya
suka dari pantai ini adalah pantainya yang masih perawan dan pasirnya yang lembut. Masih bersih, tidak saya dapati sampah plastik dipantai badak ini. Menurut warga sekitar, pantai
ini sangat jarang dikunjungi wisatawan. Menurut mereka, wisatawan yang datang
adalah wisatawan lokal dari Bandar Lampung, yang kebetulan memilki saudara di
sini.
Pantai Badak. Dua orang terlihat sedang melihat hasil bidikan kamera, setelah mengabadikan pantai Badak, Cukuh Balak. |
Puas saya merasakan indahnya pantai Badak dan
berfoto, saya masih akan melanjutkan perjalanan menuju pantai karang putih yang
menjadi tujuan utama saya. Tidak sampai 20 menit kami sampai dipantai karang
putih. Luarbiasa!!!
Meski tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya,
pantai karang putih tidak memilki pantai berpasir. Namun keindahan batu karang
yang tinggi menjulang dengan kisaran 15 m, membuat saya ingin mendekatinya.
Karang yang menjulan seperti menara ini, berjarak 50 m dari bibir pantai. Tidak
terlalu sulit kami menyebrang meuju batu karang putih tersebut. Karena air laut
yang sedang surut sampai setinggi betis, membuat saya mudah melewatinya. Jangan
anda mengira air laut yang surut akan keruh. Air laut yang ada dibibir pantai
menuju batu karang putih sangat jernih. Karena batuan karang dan
rumput-rumputan laut yang ada dibawah air ini yang membuat air tetap jernih.
Namun harus tetap berhati-hati, karena batu karang yang ada di bawah permukaan
air ini terkadang ada yang tajam. selain itu, jangan coba-coba anda nekat
mendatangi batu karang putih ini saat air pasang. Karena letak pantai yang
langsung menghadap samudera hindia, membuat ombaknya sangat besar. Waktu yang
paling pas untuk mengunjungi objek wisata ini adalah pagi sampai tengah hari,
karena air saat itu sedang surut.
Sayapun ahirnya sampai juga di batu karang putih. Batu
karang dengan wrna putih dominan dan sedikit ada warna hitam ini menjulang
seperti menara. Disekeliling batu karang yang seperi menara, ada batu dengan
benut setengah lingkaran yang berjarak tidak jauh dari batu karang yang seperti
menara. Tidak kami sia-siakan waktu kami untuk mengabadikan objek wisata yang
masih belum banyak dikunjungi wisatwan. Tentunya mengabadikan objek wisata yang
masih belum banyak dikunjungi, akan membuat iri bagi yang melihatnya.
Pantai Karang Putih. Dua orang berjalan menuju batu karang putih melewati jernihnya air laut yang sedang surut. |
Saya cukupkan menikmati keindahan pantai karang
putih. Saya bergeser menuju pekon tanjung petuah. Di sini saya kembali disuguhi
pantai dengan pasir putih yang lembut dengan background hijaunya pegunungan.
Hanya saja pantai ini sedikit bersmpah. Andai terawat dan dikelola, pantai ini
tentu akan lebih cantik. Dari jalan, pantai ini juga tidak ada akses masuknya.
Saya hanya melewati jalan setapak di sebuah kebun kelapa milik warga. Jalan
setapak ini saya yakini bukan jalan yang biasa dilalui orang-orang untuk menuju
pantai, namun jalan setapak yang biasa dilalui para pekebun kelapa saat memanen
buahnya.
Puas mengabadikan tempat ini, saya memutuskan untuk kembali
ke kota Metro dengan harapan saat petang datang, saya sudah turun gunung dan
berada di daerah perkampungan yang tidak banyak jalan menanjak dan menurun.
Namun saat harapan itu sepertinya tidak akan kesampaian. Saat saya melintasi
desa Putih Doh, ada acara khitanan di desa tersebut. Uniknya, khitanan ini
masih dibalut dengan kebudayaan Lampung.
Saat saya berhenti untuk mengambil gambar, kegiatan
yang sedang berlangsung adalah tari sigegh penguten, uniknya para penari adalah
anak-anak teman sebaya dari anak laki-laki yang sedang di khitan. Anak yang di
khitan bak raja lampung dengan dandanan raja lengkap. Tak hanya yang di khitan
yang berdandan seperti raja, saudara perempuan dari anak yang di khitanpun
dirias bak permaisuri. Saya takjub karena kebudayaan seperti ini masih
berlangsung di tengah kemoderenan zaman.
Rangkain kegiatan terus berlangsung. Sore itu,
adalah acara yang memang dikhususkan untuk acara anak-anak. Pesta untuk
teman-teman sekolah dan mengaji dari anak yang dikhitan. Berbagai tarian tradisional
dan kreasi dipentaskan silih berganti. Yang unik, seorang anak perempuan teman
dari anak yang dikhitan, melantunkan do’a untuk anak yang dikhitan dengan
bahasa lampung yang luwes. Saya tidak banyak mengerti dari apa yang dilantunkan
anak perempuan itu. Yang saya pahami, “semoga engkau lekas sembuh dan bisa
sekolah dan mengaji lagi”... Hanya itu saja. Maklum, meski lahir di Lampung
saya tidak begitu paham dan lancar berbahasa Lampung, karena saya keturunan
jawa dan besar di lingkungan jawa.
Menurut jaga baya, sebutan seorang yang di amanahi
sebagai penjaga keamanan dan perdamaian kampung, bahawa acara seperti ini
sangat jarang diadakan. Tambhanya, acara yang masih dibalut dengan adat
kebudayaan Lampung ini terahir ada saat ayah dan ibu dari anak yang disunat ini
menikah. Hal ini yang membuat acara ini sangat meriah, karena sangat jarang
sekali acara seperti ini diadakan. Hal yang membuat saya terkejut, ternyata
rangkaian acara ini berlangsung selama 1 minggu, 2 minggu dengan persiapannya.
Luarbiasa.....
Sebenarnya saya tidak diizinkan pulang, karena esok
hari adalah acara yang dinanti-nanti, yaitu acara “mengan” yang artinya acara
makan-makan. Menurut jaga baya tersebut, mengan akan sangat ramai dengan
kedatangan tamu-tamu besar, dan saudara-saudara pemilik hajat dan tentunya
banyak sekali makanan. Saya sebenarnya tergiur dengan tawaran itu, tapi
sepertinya saya tidak bisa memenuhinya. Karena keesokan harinya sudah ada
agenda lain.
Hujan turun, acara lebih cepat diselesaikan.
Anak-anak yang hadir di pesta tersebut kemudian segara berebut bingkisan
jajanan yang dibagikan. Ramai riuh mereka berbut. Bahagia melihatnya. Hujan
yang turun semakin deras, membuat saya berteduh sejanak mnunggu hujan reda
untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Hujan yang akhirnya reda pada pukul 16, meyakinkan
saya akan berada di jalan menanjak dan menurun saat gelap datang. Ditambah
jalan licin menanjak menurun, dan tak jarang banyak berlubang, membuat saya
kewalahan, karena ban belakang motor saya sudah gundul. Tapi perjalanan harus
tetap berlanjut. Pukul 23.00 saya akhirnya sampai di kota Metro tempat tujuan
kembali.
Perjalanan yang indah. Tapi saya lebih suka
menyebutnya petualangan yang indah. Ya, petualangan!! Karena untuk menemui
keindahan itu, saya harus memulai berangkat pukul 06.00 dari kota Bandar
Lampung. Pukul 10.00 saya baru bisa
sampai di pantai badak. Cukup lumaya lama, butuh waktu 4 jam dengan
kendaraan roda dua. Namun itu semua terbayar dengan keindahan surga tersembunyi
Lampung. Keindahan alamnya, kesegaran udaranya, dan kelestarian adat budayanya,
membuat saya semakin cinta dengan Lampung.***I Love Lampung.....