Selasa, 11 Agustus 2015

Indahnya Lampung di Cukuh Balak


Lampung adalah provinsi yang terletak di pulau Sumatera paling selatan. Lampung juga merupakan gerbang masuk menuju provinsi-provinsi yang ada di pulau Sumatera. Letaknya yang berada di bagian selatan pulau Sumatera, membuat tiga per empat bagian provinsi Lampung dikelilingi laut. Hanya di bagian utara saja bagian lampung yang tidak dikelilingi laut, yakni bagian yang berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Selatan.
Letaknya yang dikelilingi lautan, membuat Lampung menyimpan banyak keindahan wisata. Khususnya wisata bahari. Wisata bahari yang sudah cukup terkenal di Lampung adalah teluk kiluan. Wisata teluk kiluan ini menjadi salah satu destinasi wisata bahari, yang menawarkan wisata keindahan perairan Lampung dengan berinteraksi langsung bersama lumba-lumba di laut lepas, habitat asli lumba-lumba. Lumba-lumba yang ada di teluk kiluan ini adalah lumba-lumba jenis hidung botol.
Selain itu, masih banyak objek-objek wisata bahari yang ada di Lampung, terutama di kabupaten Pesisir Barat. Berbagai keindahan pantai dan spot snorkling, ada dikabupaten ini. Namun letak kabupaten Pesisir Barat yang cukup jauh dari Bandar Lampung, serta aksebilitas yang belum terkelola dengan baik, membuat wisata-wisata yang ada di Pesisr Barat belum banyak dikenal.
Aksebilitas menjadi salah satu kendala yang membuat objek-objek wisata yang ada di Lampung kurang dikenal. Namun, tak jarang objek-objek wisata yang kurang dikenal, menjadikan tempat-tempat tersebut masih perawan.
Seperti objek wisata yang ada di Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus. Saat saya berkunjung, tidak tanggung-tanggung saya mengunjungi tiga pantai sekaligus. Hal ini diluar kesengajaan saya. Awalnya saya hanya ingin mengunjungi pantai Karang Putih. Namun sebelum sampai di pantai Karang Putih, saya melintasi pantai berpasir halus kecoklatan dengan tepian pohon kelapa. Dibagian kanan pantai, menambah indah tebing batu yang menjulang tinggi, dengan ketinggian berkisar 15 m. Menakjubkan!!!
Oleh warga sekitar, pantai ini dinamakan pantai Badak. Tidak begitu jelas mengapa pantai ini dinamakan pantai Badak. Warga sekitarpun tidak begitu mengatahui asal-usulnya. Karena pantai ini langsung berbatasan dengan samudera hindia, ombak yang ada dipantai ini cukuplah besar. Karena tidak adak pulau atau batuan karang yang memecahnya. Yang sangat saya suka dari pantai ini adalah pantainya yang masih perawan dan pasirnya yang lembut. Masih bersih, tidak saya dapati sampah plastik dipantai badak ini. Menurut warga sekitar, pantai ini sangat jarang dikunjungi wisatawan. Menurut mereka, wisatawan yang datang adalah wisatawan lokal dari Bandar Lampung, yang kebetulan memilki saudara di sini.
Pantai Badak. Dua orang terlihat sedang melihat hasil bidikan kamera, setelah mengabadikan pantai Badak, Cukuh Balak.
Puas saya merasakan indahnya pantai Badak dan berfoto, saya masih akan melanjutkan perjalanan menuju pantai karang putih yang menjadi tujuan utama saya. Tidak sampai 20 menit kami sampai dipantai karang putih. Luarbiasa!!!
Meski tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya, pantai karang putih tidak memilki pantai berpasir. Namun keindahan batu karang yang tinggi menjulang dengan kisaran 15 m, membuat saya ingin mendekatinya. Karang yang menjulan seperti menara ini, berjarak 50 m dari bibir pantai. Tidak terlalu sulit kami menyebrang meuju batu karang putih tersebut. Karena air laut yang sedang surut sampai setinggi betis, membuat saya mudah melewatinya. Jangan anda mengira air laut yang surut akan keruh. Air laut yang ada dibibir pantai menuju batu karang putih sangat jernih. Karena batuan karang dan rumput-rumputan laut yang ada dibawah air ini yang membuat air tetap jernih. Namun harus tetap berhati-hati, karena batu karang yang ada di bawah permukaan air ini terkadang ada yang tajam. selain itu, jangan coba-coba anda nekat mendatangi batu karang putih ini saat air pasang. Karena letak pantai yang langsung menghadap samudera hindia, membuat ombaknya sangat besar. Waktu yang paling pas untuk mengunjungi objek wisata ini adalah pagi sampai tengah hari, karena air saat itu sedang surut.
Sayapun ahirnya sampai juga di batu karang putih. Batu karang dengan wrna putih dominan dan sedikit ada warna hitam ini menjulang seperti menara. Disekeliling batu karang yang seperi menara, ada batu dengan benut setengah lingkaran yang berjarak tidak jauh dari batu karang yang seperti menara. Tidak kami sia-siakan waktu kami untuk mengabadikan objek wisata yang masih belum banyak dikunjungi wisatwan. Tentunya mengabadikan objek wisata yang masih belum banyak dikunjungi, akan membuat iri bagi yang melihatnya.
Pantai Karang Putih. Dua orang berjalan menuju batu karang putih melewati jernihnya air laut yang sedang surut.



Saya cukupkan menikmati keindahan pantai karang putih. Saya bergeser menuju pekon tanjung petuah. Di sini saya kembali disuguhi pantai dengan pasir putih yang lembut dengan background hijaunya pegunungan. Hanya saja pantai ini sedikit bersmpah. Andai terawat dan dikelola, pantai ini tentu akan lebih cantik. Dari jalan, pantai ini juga tidak ada akses masuknya. Saya hanya melewati jalan setapak di sebuah kebun kelapa milik warga. Jalan setapak ini saya yakini bukan jalan yang biasa dilalui orang-orang untuk menuju pantai, namun jalan setapak yang biasa dilalui para pekebun kelapa saat memanen buahnya.

Puas mengabadikan tempat ini, saya memutuskan untuk kembali ke kota Metro dengan harapan saat petang datang, saya sudah turun gunung dan berada di daerah perkampungan yang tidak banyak jalan menanjak dan menurun. Namun saat harapan itu sepertinya tidak akan kesampaian. Saat saya melintasi desa Putih Doh, ada acara khitanan di desa tersebut. Uniknya, khitanan ini masih dibalut dengan kebudayaan Lampung.
Saat saya berhenti untuk mengambil gambar, kegiatan yang sedang berlangsung adalah tari sigegh penguten, uniknya para penari adalah anak-anak teman sebaya dari anak laki-laki yang sedang di khitan. Anak yang di khitan bak raja lampung dengan dandanan raja lengkap. Tak hanya yang di khitan yang berdandan seperti raja, saudara perempuan dari anak yang di khitanpun dirias bak permaisuri. Saya takjub karena kebudayaan seperti ini masih berlangsung di tengah kemoderenan zaman.
Rangkain kegiatan terus berlangsung. Sore itu, adalah acara yang memang dikhususkan untuk acara anak-anak. Pesta untuk teman-teman sekolah dan mengaji dari anak yang dikhitan. Berbagai tarian tradisional dan kreasi dipentaskan silih berganti. Yang unik, seorang anak perempuan teman dari anak yang dikhitan, melantunkan do’a untuk anak yang dikhitan dengan bahasa lampung yang luwes. Saya tidak banyak mengerti dari apa yang dilantunkan anak perempuan itu. Yang saya pahami, “semoga engkau lekas sembuh dan bisa sekolah dan mengaji lagi”... Hanya itu saja. Maklum, meski lahir di Lampung saya tidak begitu paham dan lancar berbahasa Lampung, karena saya keturunan jawa dan besar di lingkungan jawa.
Menurut jaga baya, sebutan seorang yang di amanahi sebagai penjaga keamanan dan perdamaian kampung, bahawa acara seperti ini sangat jarang diadakan. Tambhanya, acara yang masih dibalut dengan adat kebudayaan Lampung ini terahir ada saat ayah dan ibu dari anak yang disunat ini menikah. Hal ini yang membuat acara ini sangat meriah, karena sangat jarang sekali acara seperti ini diadakan. Hal yang membuat saya terkejut, ternyata rangkaian acara ini berlangsung selama 1 minggu, 2 minggu dengan persiapannya. Luarbiasa.....







Sebenarnya saya tidak diizinkan pulang, karena esok hari adalah acara yang dinanti-nanti, yaitu acara “mengan” yang artinya acara makan-makan. Menurut jaga baya tersebut, mengan akan sangat ramai dengan kedatangan tamu-tamu besar, dan saudara-saudara pemilik hajat dan tentunya banyak sekali makanan. Saya sebenarnya tergiur dengan tawaran itu, tapi sepertinya saya tidak bisa memenuhinya. Karena keesokan harinya sudah ada agenda lain.

Hujan turun, acara lebih cepat diselesaikan. Anak-anak yang hadir di pesta tersebut kemudian segara berebut bingkisan jajanan yang dibagikan. Ramai riuh mereka berbut. Bahagia melihatnya. Hujan yang turun semakin deras, membuat saya berteduh sejanak mnunggu hujan reda untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Hujan yang akhirnya reda pada pukul 16, meyakinkan saya akan berada di jalan menanjak dan menurun saat gelap datang. Ditambah jalan licin menanjak menurun, dan tak jarang banyak berlubang, membuat saya kewalahan, karena ban belakang motor saya sudah gundul. Tapi perjalanan harus tetap berlanjut. Pukul 23.00 saya akhirnya sampai di kota Metro tempat tujuan kembali.
Perjalanan yang indah. Tapi saya lebih suka menyebutnya petualangan yang indah. Ya, petualangan!! Karena untuk menemui keindahan itu, saya harus memulai berangkat pukul 06.00 dari kota Bandar Lampung. Pukul 10.00 saya baru bisa  sampai di pantai badak. Cukup lumaya lama, butuh waktu 4 jam dengan kendaraan roda dua. Namun itu semua terbayar dengan keindahan surga tersembunyi Lampung. Keindahan alamnya, kesegaran udaranya, dan kelestarian adat budayanya, membuat saya semakin cinta dengan Lampung.
***I Love Lampung.....